Prosesi buka luwur atau penggantian kain kelambu penutup makam Ki Ageng Pandanaran berlangsung khidmat. Sebelumnya, sekitar 1.000 an orang mengikuti kirab budaya yang diikuti sejumlah komunitas dan umat lintas agama.
"Prosesi buka luwur dan kirab ini adalah rangkaian dari Haul ke-517 Sunan Pandanaran," kata Ketua Yayasan Sosial Sunan Pandanaran, Aris Pandan Setiawan.
Kirab budaya itu dimulai dari Taman Indonesia Kaya hingga makam. Tampak sejumlah arak-arakkan mulai dari gunungan nasi ingkung, hingga patung Garuda Pancasila.
Aris berujar puncak acara berlangsung pada Minggu dengan adanya tawasul Akbar oleh para habaib serta ulama.
Malam sebelumnya, ribuan jemaah dan para habaib memutihkan kompleks makam pada pembukaan Haul Ke-517 Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran. Selama tiga hari, mulai Jumat hingga Minggu, Yayasan Sosial Sunan Pandanaran menggelar Haul Ki Ageng Pandanaran ke-417.
Haul Sunan Pandanaran dilaksanakan setiap tanggal 17 Muharam. Acara itu berlangsung di kompleks makam Sunan Pandanaran, Jalan Mugas Dalam II/4, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.
Menurut cerita, Sunan Pandanaran berdiam dan membuka pesanten di Pulau Tirang Amper, sekarang daerah Mugas, Semarang Selatan. Beberapa waktu kemudian, pesantren tersebut dipindahkan ke daerah Pegisika. Lalu, Sunan Pandanaran membuka daerah baru yang kini dikenal sebagai Bubakan. Seiring waktu, Semarang berkembang pesat dan menjadi kadipaten di bawah Kesultanan Demak.